Sidaguri
merupakan salah satu jenis tanaman obat dari famili Malvaceae. Tanaman
ini adalah tanaman semak yang tumbuh liar dan banyak ditemui di pinggir
selokan, sungai dan di bawah pohon besar. Sidaguri tersebar pada daerah
tropis di seluruh dunia dari dataran rendah sampai ketingian 1450 m di
atas permukaan laut. Bentuk batang agak berkayu, bulat dan bewarna
cokelat. Daunnya berjenis tunggal dengan letak daun berseling berbentuk
jantung. Buahnya buah batu terdiri dari 8 – 10 kendaga, dengan buah muda
berwarna hijau dan buah tua berwarna hitam. Salah satu khasiat
utama Sidaguri adalah menyembuhkan penyakit asam urat yang sering
diderita baik lelaki maupun perempuan di atas usia tiga puluh tahun
(Holm et al,1997)
Kandungan Sidaguri
Daunnya
mengandung alkaloid, kalsium oksalat, tanin, saponin, fenol, asam amino,
dan minyak asiri. Batang Sidaguri mengandung kalsium oksalat dan tanin.
Sementara bagian akar mengandung alkaloid, steroid, dan efedrine.
Alkaloid dan efedrine yang terkandung dalam Sidaguri menyebabkan orang
harus berhati-hati dalam mengkonsumsinya. Orang yang sensitif terhadap
alkaloid efedrine tidak disarankan untuk menggunakannya. Begitu pula
anak-anak, wanita hamil dan menyusui (Djauhariya, 2004).
Manfaat Sidaguri
Kandungan
polifenol dan flavonoid pada akar bersifat diuretik, sehingga asam urat
akan luruh dan terbuang bersama urin. Sidaguri juga dapat menghambat
produksi enzim xantin oksidase (XO), yang merupakan enzim penting yang
turut berperan dalam sintesa asam urat. Tanpa adanya XO, maka asam urat
tidak akan terbentuk dan serangan gout tidak dapat terjadi. Kemampuan
ekstrak kasar flavonoid sidaguri sebagai penghambat aktivitas XO
mencapai 55.29% melalui mekanisme inhibisi kompetitif. Selain untuk asam
urat dan rematik, Sidaguri bermanfaat untuk flu, demam, malaria, radang
amandel, radang usus, disentri, sakit perut, sakit kuning, kencing
batu, bisul, radang kulit bernanah, dan eksim. Khusus untuk akarnya,
digunakan untuk mengatasi influenza, asma, sakit gigi, sariawan,
disentri, susah buang air besar/sembelit dan rematik (Prakoso, Budi.
2007).
Efek Farmakologis
Tanaman
manis, pedas dan sejuk. Masuk meridien jantung, hati, paru, usus besar
dan kecil. Anti radang (anti inflamasi), peluruh kencing (diuretik) dan
menghilangkan sakit (analgetik). Akar, manis, tawar, dan sejuk (Prakoso,
Budi. 2007).
Cara Penggunaan Untuk Menyembuhkan Asam Urat
Cabut 5
batang Sidaguri, lalu potong bagian atas sehingga bagian yang tersisa
hanyalah akarnya. Cuci bersih, dan rebus dalam gelas atau wadah lain
sampi air menyusut menjadi setengahnya. Saring, biarkan dingin (simpan
semalam dalam gelas atau wadah tertutup), lalu minum secara teratur 1
hingga 2 kali dalam sehari. Akar yang telah direbus tidak dapat
diperguanakan 2 kali. Langsung buang setelah digunakan (Prakoso, Budi.
2007).
Asam Urat
Penyakit
asam urat atau sering disebut artritis gout merupakan kelainan metabolik
akibat deposisi kristal natrium urat pada jaringan atau akibat
supersaturnasi asam urat di dalam cairan ekstra seluler. Asam urat
adalah senyawa alkaloid turunan purin (xantin). Asam urat (C5H4N4O3)
merupakan kristal putih, tidak berbau dan berasa, mengalami dekomposisi
dengan pemanasan menjadi asam sianida (HCN), sangat sukar larut dalam
air, larut dalam gliserin dan alkali. Asam urat dapat larut pada
larutan dengan pH tinggi dan dapat pula dipanaskan untuk membantu
kelarutannya hingga suhu 60°C. Natrium urat adalah kristal yang
terbentuk akibat tingginya konsentrasi asam urat dalam darah. Kristal
natrium urat terkumpul pada persendian dan tulang rawan. Natrium urat
sama halnya dengan asam urat, sukar larut dalam air. Faktor yang
mempengaruhi pembentukan kristal natrium urat ialah pH, suhu,
kekuatan ionik, dan konsentrasi Na+. Bentuk geometris kristal
natrium urat adalah triklin atau berbentuk jarum (Rinaudo &
Boistelle 1982). Penyakit asam urat umumnya menyerang lebih banyak pria
daripada perempuan. Hal ini dikarenakan perempuan memiliki hormon
estrogen yang ikut membuang asam urat melalui urin. Kadar asam urat
rata-rata di dalam darah atau serum bergantung pada usia dan jenis
kelamin. Pada laki-laki, sebelum pubertas kadarnya sekitar 3,5 mg/dl.
Setelah pubertas, kadarnya meningkat secara bertahap dan dapat mencapai
5,2 mg/dl. Pada perempuan kadar asam urat biasanya tetap rendah, baru
pada usia pramenopause kadarnya di dalam darah rata-rata sekitar 4
mg/dl. Setelah menopause, kadarnya meningkat lagi sampai 4,7 mg/dl
(Dalimartha 2006). Hiperurisemia adalah peningkatan kadar asam urat
serum di atas nilai normal, yang pada laki-laki di atas 7 mg/dl dan pada
perempuan di atas 6 mg/dl. Hiperurisemia bisa menimbulkan penyakit
gout (Dalimartha 2006).
Xantin Oksidase
Xantin
oksidase (XO) berperan penting dalam katabolisme purin. XO mempunyai 2
bentuk, yaitu XO dan xantin dehidrogenase (XDH). XO merupakan enzim yang
tersebar luas dalam beberapa spesies dari bakteri hingga manusia. Di
dalam tubuh, XO ditemukan di sel hati dan otot, tetapi tidak ditemukan
di dalam darah. XO merupakan suatu kompleks enzim yang terdiri atas 1332
residu asam amino, molibdenum (HO2SMo), FAD, dan Fe2S2 sebagai
pusat reaksi redoks, dengan bobot molekul sebesar 275000 Dalton
membentuk 2 subunit yang saling setangkup. Senyawa yang dapat berfungsi
sebagai penstabilisasi XO diantaranya adalah salisilat, sistein,
histamin, dan versenat. Sementara senyawa yang dapat menginhibisi XO
berupa ion logam, urea, purin-6-aldehida, dan
2-amino-4-hidroksipteridin-6 aldehida. XO mengkatalis oksidasi
hipoxantin menjadi xantin lalu menjadi asam urat yang berperan penting
pada penyakit gout. Pada saat bereaksi dengan xantin untuk membentuk
asam urat, atom oksigen ditransfer dari molibdenum ke xantin. Perombakan
pusat molibdenum yang aktif terjadi dengan penambahan air (Cos et al.
1998).
Xantin+ 2O2 + H2O à asam urat + 2O2-+2H+
Xantin+O2+ H2O à asam urat + H2O2
Selama proses oksidasi molekul, oksigen bertindak sebagai akseptor elektron menghasilkan radikal superoksida (O2)
dan hidrogen peroksida. Satu unit XO dapat mengkonversi satu mikromol
substrat (xantin) menjadi asam urat tiap satu menit pada pH optimum (pH
7.5) dan suhu optimum (25°C). Apabila substratnya hipoxantin,
aktivitasnya menjadi 50% atau setengahnya. XO dapat diisolasi dari
berbagai macam sumber seperti susu, mikroorganisme, dan buttermilk. XO
memiliki pengaruh antitumor dan berperan aktif dalam timbulnya panas
akibat penyimpanan hepatik ferritin dalam plasma. Selain itu, XO
diketahui dapat mengkatalisis reduksi nitrat dan nitrit menjadi nitrit
oksida dan sekaligus menyebabkan pembentukan radikal superoksida yang
dapat menyebabkan peradangan. Produksi asam urat berlebih dapat
menyebabkan hiperurisemia namun ketika asam urat disimpan di dalam
persendian akan menyebabkan peradangan dan penyakit gout (Kadota et
al, 2004).
Flavonoid
Flavonoid
tersebar luas di alam, terutama dalam tumbuhan tingkat tinggi dan
jaringan muda. Sekitar 5–10% metabolit sekunder tumbuhan adalah
flavonoid. Flavonoid merupakan grup senyawa alami dengan ragam struktur
fenolat yang dapat ditemukan pada buah, sayuran, gandum, batang, akar,
cabang, bunga, teh, dan anggur (Middleton 1998). Flavonoid mempunyai
kerangka dasar yang terdiri atas 15 atom karbon dengan 2 cincin benzena
terikat pada suatu rantai propana membentuk susunan C6-C3-C6
(Gambar 4). Susunan tersebut dapat menghasilkan 3 struktur, yaitu
1,3-diaril propana (flavonoid), 1,2-diarilpropana (isoflavonoid), dan
1,1-diarilpropana (neoflavonoid) (Markham 1988).
Flavonoid
sebagai derivat benzo-γ-piron mempunyai banyak kegunaan di samping
fungsinya yang pokok sebagai vitamin P untuk meningkatkan resistensi
dan menurunkan permeabilitas kapiler darah. Efek lain flavonoid sangat
banyak macamnya terhadap berbagai organisme dan efek ini dapat
menjelaskan mengapa tumbuhan yang mengandung flavonoid dipakai dalam
pengobatan. Flavonoid dapat bekerja sebagai antivirus, antialergi,
antimikroorganisme, dan antioksidan untuk mengendalikan radikal bebas
yang dapat menyebabkan tumor (Middleton 1998). Flavonoid dikenal sebagai
antioksidan dan memberikan daya tarik sejumlah peneliti untuk meneliti
flavonoid sebagai obat yang berpotensi mengobati penyakit yang
disebabkan oleh radikal bebas. Flavonoid juga penghambat efektif dari
beberapa enzim termasuk XO, siklooksigenase, dan lipooksigenase.
Flavonoid berpotensi dapat digunakan sebagai obat untuk penyakit gout
dan ischemia dengan cara menurunkan konsentrasi asam urat dan
penangkapan aktivitas superoksida dalam jaringan manusia. Flavon
memiliki aktivitas inhibisi lebih kuat dibandingkan flavonol. Senyawa
krisin, apigenin, luteolin, galangin, kaempferol, dan quarsetin
memiliki aktivitas penghambat XO dan senyawa yang memiliki aktivitas
inhibisi paling kuat adalah senyawa luteolin (Cos et al. 1998).
DAFTAR PUSTAKA
Cos ,P.,
Ying, L., Calomme, M., Hu, J.P., Cimanga, K., Poel, B.V., Pieters, L.,
Vlietinck, A.J., and Berghe, D.V. 1998. Structure-Activity Relationship
and Classification of Flavonoids as Inhibitors of Xanthine Oxidase and
Superoxide Scavengers, J.Nat. Prod., 61 : 71-76.
Dalimartha S. 2006. Atlas Tumbuhan Obat Indonesia. Edisi 4. Puspa Swara, Anggota Ikapi. Jakarta. 56 – 61.
Djauhariya, E. dan Hernani. 2004. Tanaman Berkhasiat Obat. Penebar Swadaya. Jakarta.
Holm, L., J. Doll, E. Holm, J. Pancho, and J. Herberger. 1997. World weeds. John Wiley and Sons, Inc. New York. 1,129 p.
Kadota et al. 2004. Xanthine Oxidase inhibitory activity of Vietnamese medicinal plants. Biol. Pharm. Bul :1414–1421.
Markham, K.R. 1988. Cara Mengidentifikasi Flavonoid, 1-103. terjemahan Kosasih Padmawinata. Bandung. Penerbit ITB.
Midleton,
E., Kandaswami., Theoharis. 1998. The effect of Plant Flavonoids on
Mammalian Cells: Implication For Inflammation, Heart Disease &
Cancer. Pharmacological Reviews. 52(4): 711-722
Prakoso, Budi. 2007. Siguri Meringankan Obat Asam Urat-Rematik. Penebar Swadaya. Jakarta
Rinaudo C, Boistelle R. 1982. Theoretical and experimental growth morphologies of sodium urate crystals. J. Cryst. Growth 57:432-442.
2 komentar:
bermanfaat banget infonya.. makasi gan
... mohon dicek, fotonya salah. Foto di atas adalah bunga pukul delapan (Turnera subulata), bukan sidaguri (Sida rhombifolia). Tksh
Posting Komentar